Rabu, 17 Juni 2009

Tanaman dan Pilpres 2009

Ahaa,...tiba-tiba saya teringat tanaman-tanaman yang sudah terabaikan selama delapan bulan lamanya. Perhatian saya banyak dialihkan ke hal-hal lain seperti penerbitan atau percetakan. Hari ini saya sadar sudah melalaikan tanaman-tanaman yang selama ini sudah saya tekuni. Pertumbuhan sebagian besar tanaman kurang maksimal, Aglonema yang sudah beranak pinak belum di repotting, biji-biji anthurium sudah memerah dan sebagian jatuh dan tumbuh dengan sendirinya, Adenium-adenium berbunga tapi dipenuhi rumput-rumput kecil.

Banyak orang mengeluhkan tanaman sudah tidak memberikan income yang cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Tapi bagi saya tanaman masih memberikan kontribusi yang cukup layak untuk terus di tekuni dan di pelihara. Masih lumayan bagus untuk model karyawan seperti saya. Ya, kata kuncinya karena saya masih menerima gaji bulanan. Dan hari ini, Saya harus kembali ke habitat tanaman, fokus untuk memuliakan berbagai tanaman, anthurium, aglonema, adenium, puring, sizygium, palem, nolina, dan berbagai tanaman buah seperti lengkeng, mangga, rambutan, jambu dan lain-lain.

Banyak kawan-kawan membuka usaha dengan harapan mendapat keuntungan secepatnya atau paling tidak, sesuai dengan ekspektasinya. Dan dari sekian banyak kawan, rata-rata keluhannya sama,...sepi. Usaha saya juga sepi kawan , emang ente doang yang sepi...ini sepi berjamaah.
Dan sadar atau tidak, kawan-kawan masuk ke bisnis jangka panjang....hmmmm. Bisa jadi kasusnya sama dengan istilah HO(haus order), banyak dari kami yang haus order yang pada akhirnya banyak piutang tidak tertagih. Mau nagih pake preman, polisi atau pake cara lain? tetap saja memble. Kerja kerasnya jadi sirna begitu saja, dengan gampangnya mereka bilang gak sanggup bayar atau ambil saja tanaman yang kau suka.

Pagi ini saya punya keyakinan, usaha jangka panjang yang layak saya tekuni ya dunia tanaman. Alasannya simpel saja, saya punya kebun, saya punya outlet penjualan dan saya punya tanamannya. Dan semua aset ini tentu harus di optimalkan fungsinya. Bahwa penjualan sedang melempem, fokusnya harus saya alihkan ke pemuliaan, memperbanyak atau memperindah penampilan tanaman. Tukang kebun harus di optimalkan kinerjanya, kan gajinya ngalir terus...ya..ya saya melupakannya. Kalau tanaman gak nambah baik atau nambah banyak sementara gaji ngalir terus, lama-lama akan semakin jelas jurangnya. hahahahah...edan, dah tau ada jurang kok diem dan melamun.

Hari ini juga saya berharap, pilpres satu putaran saja karena menurut JK lebih cepat lebih baik, udah gitu SBY juga udah berkali-kali bilang lanjutkan, di stempel pula, masalahnya SBY masih ragu-ragu memberikan tongkat estafetnya ke JK. Ibarat lari estafet, tongkat sudah di ulurkan tetapi tetap di pegang, apa yang terjadi? jatuh dua-duanya atau kesalip peserta lain? Atau JK kurang begitu paham dengan pesan yang disampaikan SBY? wallahualam..., karena saya petani, jujur saja kepengen Prabowo naik tahta walau jadi wapres...jadi gimana dong? masak milih 1 antara tiga musti hitung kancing?

Nah... kenapa saya setuja pilpres satu putaran? karena dah kelamaan di sodorin berita politik, dah capek ngikutinya sementara perut dah minta nutrisi tambahan. Libido dah naek tapi kalo nanahnya jadi manis dan lucu apa bisa kasih susu? apa kuat nyekolahin?
Sementara usaha kembang kempis, seperti cerita diawal.....gitu loh bos.

Balik lagi ke perkara tanaman, saya tetap punya pendapat bahwa tanaman punya nilai tambah sebagai produk yang semakin hari semakin besar, yang jadi persoalan di saat krisis melanda negri ini likuiditas tanaman sangat rendah.
Hei kawan kawan, maafkan aku...aku mau konsentrasi berkebun tanaman. Mau ikut?

Tidak ada komentar: