Senin, 23 Februari 2009

Perjalanan pertama ke Majalengka

21 pebruari lalu, bersama teman survei ke wilayah majalengka. Perjalanan malam, berangkat dari tangerang jam 11 malam melewati jalur tol cikampek-cipularang-cileunyi, lanjut ke arah jatinangor-cadas pangeran naik turun kiri kanan, jalan berliku-liku. Jam 5.30 kami sudah memasuki kota majalengka, terus ke arah Salagedang dan perhentian terakhir di desa Rajagaluh.

Ini kali pertama kami berkenalan dengan wilayah majalengka. Berkenalan dengan pak maman, yang kami minta untuk menemani memasuki desa desa tempat budidaya tanaman buah. Ada sentra pembibitan tanaman mangga, durian, lengkeng, pete, mahoni, jati, melinjo, jambu dlsb.

Bertemu dengan pak Juhad. Beliau ini petani lengkeng yang spesialis memperbanyak bibit bibit lengkeng dengan tehnik tempel susu. Dalam waktu singkat kami banyak belajar dari pak Juhad segala sesuatu tentang lengkeng. Dan kami langsung memutuskan untuk membeli 500 bibit lengkeng yang tersedia dari pak Juhad.

Perjalanan kami lanjutkan menuju desa Gunung Kuning. Jalan sempit menanjak dengan sudut kecuraman yang"mengerikan" dapat di lalui dengan selamat. Singkat cerita sampai lah di kebun petani durian. Puluhan ribu bibit durian monthong dan sitokong tersedia di wilayah ini. keahlian dan kerja keras petani patut di acungi jempol, Patut di tiru.
"Pohon durian sudah berbuah, sudah ada yang nawar 2jt tapi tidak diberikan" celoteh sang petani penuh rasa bangga.

Menyaksikan ketekunan dan kegigihan petani di wilayah ini menimbulkan semangat optimis ditengah tengah kegelisahan dari ancaman gersangnya kebun kami, gersangnya tanah tanah akibat pembangunan perumahan dan pabrik pabrik.
Dari puncak desa gunung kuning, saya melihat jakarta dan sekitarnya, dari majalengka saya melihat indonesia hijau yang dapat mengobati kekhawatiran akan Global warming.

Karena keterbatasan waktu, tepat jam 2 siang kami pulang menuju Tangerang dengan membawa semangat optimisme itu dengan hati berseri seri sampai lupa kalau kami belum mandi dan tidak gosok gigi seharian dan belum tidur pula. Mulut terkunci karena lengket dengan gigi. Tak apa, sebongkah harapan kami bawa dari Majalengka.

Tidak ada komentar: