Minggu, 24 Mei 2009

Sedekah, Atasi krisis ekonomi dan senin serius

Pak SBY pernah mengatakan, dalam masa krisis ekonomi global sekarang ini, ekonomi indonesia tetap tumbuh walalu hanya di kisaran 4-5 persen. Dan ini di klaim sebagai keberhasilan dari pemerintahan yang sedang berkuasa saat ini. Gak apa-apa, boleh saja dan sah-sah saja.
Sebagai petani kecil atau pedagang kecil, Maaf pandangan saya berbeda dengan anda Mr.PRESIDENT.
Indonesia masih selamat dari hantaman krisis ekonomi global karena pedagang kecil masih mau mendorong-dorong gerobak dagangannya, walau dengan resiko di kejar-kejar trantib dan mereka seolah berjuang sendirian untuk tetap bisa sekedar makan. Petani penggarap masih mau mencangkul lahan persawahan walau dengan upah rendah, juga dalam rangka mempertahankan hidup mereka dan keluarga.

Saya tidak dalam rangka membela ataupun mendukung salah satu kandidat CAPRES/CAWAPRES.

Masyarakat bawah, masih suka makan ubi, ketela, kecapi, kelapa muda yang harganya masih murah. Dan pedagang kecil masih mau berjalan berkeliling menjajakan dagangannya, bajigur, es cincau balon dan terompet. Dan masyarakat kita masih rajin bersedekah, kepada mereka. Dengan cara apa? dengan cara membeli barang-barang dagangan mereka. Minum es cendol di pinggir jalan, beli gorengan tempe,tahu tanpa memperdulikan resiko kolesterol.

Bandingkan dengan Mereka yang di atas sana, atas nama ekonomi menyimpan ribuan sampai ratusan juta dollar amerika. Semua Capres/Cawapres punya simpanan dollar, Hebat sekali mereka. Lah kalo rakyat kecil ikut-ikutan beli dollar rupiahnya mau di apakan? Sebel deh ahhh...
Dollar-dollar nya hanya untuk bayar rumah sakit luar negeri ngobati kolesterol.

Rakyat indonesia memang terkenal kuat, kuat dari hantaman rasa sakit, sakit beneran maupun sekedar sakit hati. Jadilah ikhlas...menerima semuanya hanya karena Gusti Allah, Menjerit, menangis juga kepada Allah, Tuhan yang maha mengasihi.
Sedekah dari petani satu ke petani lain, pedagang satu ke pedagang lainnya. Saling membutuhkan, bukan saling terkam yang di contohkan perusahaan-perusahaan global itu.

Kesimpulan saya di hari senin yang serius ini, selama kita masih suka sedekah, selama kita masih mau kerja keras, selama kita masih mau saling membantu bahu membahu, ( ini kata2 SBY bukan ya?) Krisis ekonomi globalnya pasti mental( balik ke negeri sumber krisis).
Subhanallah...walhamdulillah...wala-ila-haillallah...wallahu akbar.

Rabu, 20 Mei 2009

Golden Shake Hands ngalur ngidul.

Sudah tiga bulan ini, proses pencarian usaha baru belum juga menemukan Usaha yang pas untuk di kerjakan. Waktu senggang cuma di isi fb dan klak-klik tools di ipot atau pun etrading. Dari beberapa informasi kawan kawan , ceritanya hampir sama. Bagaimana situasi usaha mereka saat ini yang kembang kempis, Uang yang tak berputar atau bahkan kehabisan uang untuk membiayai operasional usahanya.
Saya mungkin lebih beruntung dari kawan-kawan, tapi bukan berarti lebih tenang dari mereka, saya bersyukur masih mendapatkan income bulanan baik gaji ataupun uang bensin dari toko, tapi semua itu sudah dalam tahap pengetatan, akibatnya jajan juga jadi terbatas, sesekali saja.
Hasil perdagangan saham belum banyak memberikan kontribusi, karena memang tujuan awalnya untuk belajar dan investasi jangka panjang. Jadi kalo kawan2 mau di traktir dari hasil yang ini,......siap siap saja kecewa, belum saatnya brurrr.

Golden shake hands dari perusahaan yang selama ini di harapkan semakin kabur. Tapi tak apa, tunggu saja sampai waktunya tiba. Sampai lembaga ini memahami esensi dari keinginan orang-orang yang sudah" tercampakkan". Di lembaga ini saya sudah tak dapat melihat cahaya, semua gelap.
Saya mau tetap berkarya, dan ruang untuk karya itu harus saya buat sendiri, sebagai tempat saya bermain.
Di luar sana saya masih bisa melihat, begitu banyak pilihan, kesempatan, peluang dan harapan juga kawan yang dapat di rangkul atau pun lawan yang harus di pukul sampai tersungkur.

Istri, ketiga orang putriku, Abang Dani dan keluarga, Heni pengasuh anakku, tariman si tukang kebunku,.... mereka adalah bagian sumber kekuatan saya. Istriku tak sanggup menerima suaminya jika di sebut pengangguran, Anakku belum rela menerima jika bapaknya jadi petani. Tapi menurut saya,...gak penting profesinya apa, yang penting kebutuhan ekonominya tercukupi. Urusan sosial kemasyarakatan di lingkungan tetap terjaga dan ........
Heheheheh...padahal sesungguhnya saya selalu ingin dekat dengan anak-anak dan istri tentu. Tapi kalau masih begini....Mau nambah anak ya..mikir, buat apa kalau di tinggal terus? Hahahahah.......

Sabtu, 02 Mei 2009

DAGANG DI BURSA EFEK

Awal tahun 2009, saya tergoda untuk ikut berdagang di bursa efek indonesia. Dan beberapa kali berkomunikasi dengan kawan kawan, baik yang sudah menjadi member maupun yang belum. Kawan yang sudah menjadi member, menyemangati dan yang lain mengingatkan untuk hati hati.

Dan empat bulan kemudian, pertengahan april lalu saya memastikan untuk berdagang di Bursa saham, melalui perusahaan sekuritas etrading( http://www.etrading.co.id).
Tentu keputusan saya ini sudah mempertimbangkan masukan dan reaksi kawan kawan. Saya akui, ini juga dipengaruhi situasi tidak menentu dari rencana usaha usaha yg sempat muncul. Dari Digital printing, Bengkel, Rumah makan atau yg lain nya. Semua di hadapkan pada tembok besar yang seolah tidak dapat di dobrak. Investasi besar yang memunculkan kekhawatiran besar pula. Bisnis yang menguntungkan dan menjanjikan tapi sekaligus membuat pusing tujuh keliling untuk mendapatkan omset yg di inginkan dalam situasi ekonomi yang menurun.

Contoh paling kongkrit sudah dilakukan Jhoni, kawan sekaligus tetangga satu kampung. Buka cabang baru toko furniture di kawasan Paramount Gading serpong. Dua bulan lalu sewa ruko pertahun 35jt, sementara omset jualan di toko barunya rata2 300-500rb, apa gak celaka namanya?...eh tapi Jhoni senyum senyum aja tuh.

Sampai pada kesimpulan, bahwa resiko yang selalu di khawatirkan itu, apapun usaha atau bidang bisnis yang di jalankan pasti ada. Dan kalo saya melihat kebelakang, apa yang saya lakukan kemarin, Tanpa sadar Saya juga telah mengambil resiko yang begitu besar di luar kapasitas saya saat itu. Belanja bibitan anthurium 4-5daun lebih dari seratus juta dan kemudian mati tak berbekas karena tak sanggup memeliharanya akibat hancurnya harga sampai ke jurang kegelapan. Belanja indukan anthurium dari harga 15 jutaan sampai 75 jutaan, total jendral sudah saya habiskan lebih dari 500jutaan untuk tanaman tanaman ini( ini yang kelihatan dan masih ada, tidak di gondol maling). Dan terakhir harga harga aglaonema pun ikut hancur.
Pertanyaan kemudian muncul, dari mana saya mendapatkan uang sebanyak itu sementara saya hanyalah seorang karyawan kecil? jangan dikira ada bos yang mendanainya. Itu hasil ketekunan dan kesabaran saya selama masuk di dunia tanaman hias. Bagian mimpi indah saya yang di bumbui oleh keberuntungan keberuntungan.
Dan saya bersyukur, masih mempunyai portofolio untuk mengisi kehidupan kedepan......hehheehhe serius amat sih.

Kembali ke Bursa, Pengalaman pengalaman kemarin mengingatkan saya untuk lebih hati hati, tidak serakah dan tidak gegabah. Bursa buat saya tidak sekedar ingin kaya semata, bukan buat gagah gagahan tapi sebagai wadah untuk mendapatkan solusi dari kebuntuan dari wacana wacana yang pernah ada. TAKE ACTION. Tentu saya berharap bisa berhasil berdagang di bursa dan membawa manfaat, makmur dan tetap bisa beraktifitas sebagaimana mestinya.

Sangat berarti buat saya bila istri dan keluarga serta kawan kawan memahami keputusan saya. Tidak lupa.....doa restunya, semoga membawa keberkahan untuk saya , keluarga, kawan kawan dan lingkungan dimanapun saya berpijak. amiin